CERITAHOT | Namaku Marni, aku berumur 30 tahun,
suamiku bernama Kakakdewa, berumur 35 tahun, dia bekerja sebagai tenaga ahli
pada sebuah perusahaan pengeboran minyak lepas pantai. Kebanyakan waktu
kerjanya berada di atas Riq, yaitu suatu tempat yang dibangun di tengah laut,
untuk pengeboran mencari sumber minyak baru.
Waktu kerjanya adalah 2 minggu di
atas Riq, diikuti 1 minggu cuti di darat, demikian berkelanjutan. Sehingga
kalau Mas Kakakdewa sedang bertugas, maka aku tinggal sendirian di rumah
ditemani oleh pembantu kami, Mbok Minah yang telah berumur 55 tahun dan telah
mengikuti kami sejak kami menikah, serta seekor anjing herder jantan besar dan
galak sebagai penjaga rumah.
Anjing herder ini diberikan oleh seorang
expatriate yang berasal dari Italy, yang telah kembali ke negerinya karena
telah habis kontrak. Pada waktu bertugas di Indonesia, expatriate Italy
tersebut tinggal di rumah besar kontrakannya di daerah Cipete berdua dengan
istrinya yang berumur 27 tahun. Istrinya mempunyai tubuh yang sangat seksi dan
aku telah mengenalnya cukup akrab, karena setiap suami-suami kita sedang
bertugas, kami sering saling mengunjungi untuk berbagi waktu.
![]() |
Anjing Herder |
Pengalamanku yang berhubungan dengan
lelaki, tidak terlalu banyak dan sebelum bertemu dengan Mas Kakakdewa, aku
tidak terlalu banyak bergaul dengan lelaki lain, karena biarpun aku termasuk
wanita yang berparas cantik dengan badan yang menurut teman-teman dekatku
termasuk seksi, akan tetapi entah mengapa, setiap kali ada cowok yang bermaksud
lebih dari sekedar teman, aku langsung mengambil jarak.
Aku tidak tahu
bagaimana mula-mula bisa dekat dengan Mas Kakakdewa yang kebetulan adalah teman
abangku, biarpun memang setiap kali Mas Kakakdewa tidak bertugas di Riq, dia
selalu bermain di rumahku, tapi toh hubungan kami biasa-biasa saja.
Hanya saja
tiba-tiba sekitar 5 tahun lalu, Mas Kakakdewa mengemukakan maksudnya untuk
menikahiku kepada kedua orang tuaku dan entah karena bujukan orang tua dan
kakakku, ataupun karena memang aku juga telah menaruh simpati kepada Mas Kakakdewa
selama ini, akhirnya aku menyetujui dan kami segera melangsungkan pernikahan
kami. Pada waktu malam pertama kami itu, aku mulai tahu bagaimana enaknya
hubungan kelamin antara pria dan wanita, setelah selesai resepsi pernikahanku.
Kuingat pada hari itu setelah selesai
resepsi pernikahan kami, yang dilakukan pada siang hari, kami berdua beserta
rombongan keluarga kembali ke rumah baru kami. Rombongan keluarga kami, pada
jam 8 malam kembali ke rumah mereka masing-masing, sehingga akhirnya aku dan
Mas Kakakdewa hanya tinggal berdua saja di rumah kami itu.
Pada saat itu Mbok
Minah, pembantu rumah kami itu belum ada, karena kupikir apa-apa di rumah dapat
dikerjakan sendiri. Aku mandi duluan sebab badanku sudah merasa gerah setelah
seharian sibuk dengan acara pesta yang padat itu.
Setelah selesai mandi dengan mengenakan
daster, aku duduk di ruang keluarga sambil menonton TV. Kemudian Mas Kakakdewa
yang pada saat itu hanya bercelana pendek, kusuruh mandi. Mas Kakakdewa untuk
ukuran umum dapat dikatakan termasuk tampan. Warna kulitnya agak gelap
kehitaman, pada wajahnya ada tumbuh rambut halus di dagu dan dadanya cukup
bidang dengan tinggi badan berkisar 175 cm, otot-ototnya menonjol kuat.
Setelah selesai mandi Mas Kakakdewa dengan
santai duduk di sebelahku sambil ikut mengawasi televisi yang remotenya masih
di tanganku, “Mar, apakah kamu capai?” tanya Mas Kakakdewa. “Tidak Mas,
memangnya ada apa?” jawabku lugu, karena memang aku sesungguhnya tidak menyadari
apa yang seharusnya dilakukan oleh sepasang pengantin baru.
Rupanya Mas Kakakdewa
yang telah sangat bernafsu, mendengar jawabanku itu, tanpa ba bi bu segera
menarik badanku dan membekapku erat-erat dan sebelum aku menyadari benar apa
yang sedang terjadi, kedua tangan Mas Kakakdewa dengan cepat segera menguak
dasterku dan sekalian ditariknya lepas BH-ku sehingga kedua buah dadaku yang
ranum segera seolah-olah melompat keluar. Mas Kakakdewa terpesona melihat
bentuk buah dadaku yang indah, yang warna kuning langsat dengan bulatan kecil
coklat tua kemerahan, serta puting kecil menantang di ujungnya.
Aku mula-mula mencoba memberontak, akan
tetapi aku segera sadar bahwa sekarang aku adalah istri dari Mas Kakakdewa.
Badanku segera dipeluknya dan disandarkan pada sandaran sofa, mulutnya langsung
menuju puting susuku, kurasakan lidahnya lincah bergerak menjilat-jilat puting
susuku, menimbulkan suatu perasaan aneh, geli yang tidak dapat kulukiskan, yang
menjalar keseluruhan badanku. Hal ini membuat aliran darahku bertambah cepat
dan badanku tiba-tiba merasa panas, puting susuku terasa semakin mengeras,
sesekali kurasakan gigitan kecil gigi Mas Kakakdewa menggores putingku.
Pada
bagian perutku kurasakan ada benda yang membonggol besar mendesak dan menekan
hebat. Bibirku juga tak luput dari lumatannya, terasa habis dilumat bibirku,
sampai aku tak bisa bernafas, aku mulai berkeringat dan tiba-tiba tangan
kanannya mulai meluncur ke bawah menuju ke arah kemaluanku yang masih tertutup
dengan CD, diselipkan tangannya di antara pahaku. Aku agak terkejut, sehingga
otomatis kedua pahaku kututup rapat-rapat dan kedua tanganku memeluk Mas Kakakdewa
erat-erat, Mas Kakakdewa semakin gencar saja melakukan aktivitasnya, kemudian
ditarik dasterku sampai terlepas dan perlahan-lahan celana dalamku dilucuti juga
sambil tersenyum.
Setelah itu dengan sigap direnggangkannya
kedua pahaku, sehingga dengan leluasa Mas Kakakdewa dapat melihat kemaluanku
yang padat dengan bulu hitam keriting, tangannya mengocek kemaluanku yang sudah
agak basah itu dengan halus, kemudian dimasukkannya jari tengah perlahan-lahan
ke dalam lubang kemaluanku, sedangkan ibu jari dan jari jempolnya menekan
bibir-bibir kemaluanku, membuka jalan dengan meminggirkan rambut kemaluanku.
Klitorisku terasa kaku, sambil jari-jarinya bermain-main di kemaluanku,
mulutnya menjilat dan menyedot buah dadaku sampai aku kegelian dan tiba-tiba
dia berhenti menyedot buah dadaku dan badannya melongsor ke lantai dan kini Mas
Kakakdewa jongkok diantara kedua pahaku, yang dengan perlahan-lahan dikuakkan,
sehingga terbuka dan kepalanya dimajukan kearah pangkal pahaku dan kurasakan
mulutnya sudah menempel pada kemaluanku.
Merasakan lidahnya yang basah dan hembusan
nafasnya pada pangkal pahaku membuatku menggelinjang kegelian, lebih-lebih
ketika kurasakan lidahnya menyapu bersih ruang dalam kemaluanku yang telah
basah itu, sambil tangan kanannya ikut membantu memainkan klitorisku.
“Aaagghhh.. Maasss.. aduuh..!” aku mengerang-erang dan mengeliat-geliat
kegelian, tapi dia tidak mempedulikannya, diteruskan aktivitasnya mempermainkan
klitorisku.
Selang sesaat, aku disuruhnya duduk di
lantai, diantara kedua kaki Mas Kakakdewa yang duduk di atas sofa dan aku
sangat kaget melihat benda bulat besar yang terletak diantara kedua paha Mas Kakakdewa
yang tegak menghadap ke atas, batang kemaluan Mas Kakakdewa sungguh dahsyat,
seperti batang kemaluan pemain blue film yang pernah dahulu satu kali kulihat
di video yang diputar di rumah seorang teman wanitaku.
Panjangnya kurang lebih
17 cm dengan kepalanya batang kemaluannya bulat besar seperti topi baja tentara
dan batang batang kemaluannya berdiameter 3 cm, dilingkari oleh urat-urat yang
menonjol. Mas Kakakdewa hanya tersenyum saat melihat mataku yang terbelalak
itu, sambil memegang batang kejantanannya dan digerak-gerakkan dengan
tangannya, dia mengambil tanganku dan disuruhnya aku memegang batang
kemaluannya.
![]() |
Malam Pertamaku |
Alamak.. tanganku tak cukup melingkar pada batang kemaluannya yang
besar dan panjang itu. Dalam posisi Mas Kakakdewa duduk seperti itu, batang
kemaluannya memanjang di atas perutnya sampai mencapai pusarnya. Aku merinding
dan takut juga melihatnya benda panjang, bulat berwarna hitam mengkilap
mendongak seperti belut besar itu.
Tanpa sadar badanku menggelinjang dan
terasa ngilu pada perut bagian bawahku, membayangkan benda tersebut menerobos
masuk ke dalam liang kewanitaanku yang kecil dan masih sempit itu. “Kenapa kok
diplototin seperti itu!” tanyanya. “Eh… aku heran kok, kayak gini besarnya ya?
apa cukup nggak ya ini masuk ke dalam punyaku nanti?” jawabku sambil tetap
memegangnya.
Belum selesai aku melanjutkan omonganku, ditekan kepalaku ke arah
perutnya dan disorongkan ujung batang kemaluannya ke mulutku, dan… eeehmm,
mulutku tak muat menampung semua batang kemaluannya ke dalam. Kurasakan aneh
juga seperti sedang mengulum es cream horn saja, aku mencoba melakukan seperti
apa yang pernah kulihat pada VCD porno itu, aku mencoba memainkan lidahku dan
mulutku maju mundur, sehingga batang kemaluannya menyembul tenggelam dalam
mulutku. Tangannya juga tidak tinggal diam menggapai semua bagian tubuhku yang
sensitif, sehingga aku semakin terangsang.
Aku mencoba menjilat-jilat pula buah
zakarnya, pada ujung batang kemaluannya, kurasakan ada cairan bening sedikit
cukup manis dan agak asin terus kuhisap sambil mencoba memasukkan kepala batang
kemaluan Mas Kakakdewa ke dalam mulutku, sampai mulutku tak mampu lagi menahan
besarnya batang kemaluan Mas Kakakdewa itu.
Setelah puas aku mencium batang kemaluannya
dan mengisap-isap kepala batang kemaluannya, sampai mulutku terasa capek,
kemudian… “Mar, coba kamu tengkurap di pinggir sofa dan pegangi ujung sofa
itu”, perintahnya. Aku tidak mengerti maunya Mas Kakakdewa, tapi kulakukan saja
perintahnya, badanku setengah tengkurap di sofa dan kedua lututku berlutut di
lantai sehingga pantatku terbuka, agak menungging ke atas.
Tiba-tiba kurasakan
batang kemaluan Mas Kakakdewa dipukul-pukulkan pada pantatku sehingga aku
kegelian, kemudian Mas Kakakdewa menempatkan kepala batang kemaluannya menempel
pada bibir kemaluanku dari belakang, rupanya Mas Kakakdewa sudah akan melakukan
penetrasi.
“Masss.. pelan-pelan yaaa! jangan sampai
sakit.. itunya Mas kan sangat besar!”
“Jangan
takut yaaanggg..” dengan perlahan-lahan Mas Kakakdewa mendorong batang
kemaluannya, sehingga terasa kepala batang kemaluannya masuk sebagian dan
terjepit oleh kedua bibir liang kewanitaanku yang masih ketat itu. Perutku
tertekan pada pinggir sofa dan kedua tangan Mas Kakakdewa memegang pinggulku
dengan erat-erat, sehingga pantatku tidak dapat digerakan untuk menghindari
tekanan batang kemaluannya pada liang senggamaku.
Mas Kakakdewa melanjutkan
tekanannya ke lubang kemaluanku sehingga terasa lubang kemaluanku terkuak dan
dipenuhi oleh benda besar, kepala batang kemaluannya tertahan oleh sempitnya
lubang kemaluanku, dia mencoba mendorong lagi dan gagal untuk menerobos masuk.
“Aaaah… seret sekali ya, untuk menembus ke
dalam.. susah juga kalo perawan”, omongnya, akan tetapi Mas Kakakdewa tidak
kehilangan akal diambilnya hand & body lotion dan dioleskan pada kepala
kemaluannya yang besar itu dan ke seluruh batangnya, kemudian dia mencoba lagi
menekan secara perlahan-lahan sambil tangan satunya memegang batang kemaluannya
dan tangannya yang lain membuka belahan pantatku. Perlahan-lahan tapi pasti
kepala batang kemaluannya mulai menerobos masuk ke dalam liang kewanitaanku
yang kecil dan masih sempit, aku agak panik sebab kurasakan agak pedih pada
bagian dalam kemaluanku.
“Maasss, udah ah… nggak bisa masuk… terlalu
besar sih”, pintaku.
“Sebentar…
tahan dulu ya.. ini udah nyampe sepertiga lho!” jawabnya sambil dengan
tiba-tiba kedua tangannya memeluk bagian perutku dan menariknya ke atas dan
seluruh berat badannya menekan punggungku serta pantatnya didorong ke depan
menempel pada pantatku. Akibatnya seluruh batang kemaluannya mendesak masuk ke
dalam lubang kemaluanku dan, “Ssreeet… sret… sreeetttt.” Aku pun menjerit lirih.
“Aaauuu… aduuhh!” aku menjerit dengan keras karena, kurasakan bagian bawahku
seakan-akan terbelah dan batang kemaluan Mas Kakakdewa terasa tembus ke perutku
hingga terasa di kerongkonganku. Kedua tangan Mas Kakakdewa tetap mendekap
perutku dengan kuat, sehingga biarpun aku menggelepar-gelepar dengan kuat tetap
saja batang kemaluannya bisa menerobos keluar masuk liang kewanitaanku.
Dengan pasti dan teratur Mas Kakakdewa
menggerak-gerakan pantatnya maju mundur sehingga lama-kelamaan batang
kemaluannya mulai lancar keluar masuk pada kemaluanku. Aku mulai merasa
kegelian yang tak tertahan, karena setiap kali batang kemaluannya ditekan ke
dalam lubang kemaluanku, klitorisku ikut tertekan masuk, sehingga terasa sangat
nikmat tergesek batang batang kemaluannya yang berurat itu.
“Aduhh… eeengg.. eeennaak.. aaahh..
aduuhh.. Masss.. teeeruuskaaan.. Masss!”. Terasa lubang kemaluanku terisi penuh
sehingga napasku menjadi ngos-ngosan. Akhirnya seluruh badanku bergetar dengan
hebat sehingga tersentak-sentak, aku mencapai orgasme dengan dahsyat dan cairan
licin membanjir dari dalam liang kewanitaanku, “Ooohhh.. ooohh.. aaaduuuhh..
eeenaaakk” dan kurasakan kenikmatan itu menyambung terus saat batang kemaluan
Mas Kakakdewa maju mundur di celah liang kewanitaanku. Setelah kenikmatan yang
dahsyat itu melandaku, aku terkapar dengan lemas di sofa.
Kemudian Mas Kakakdewa menepuk pantatku dan
membalikkan badanku menghadap padanya, sehingga sekarang aku telentang di atas
sofa dengan pantatku terletak di pinggir sofa dan kedua kakiku terjulur di
lantai. Mas Kakakdewa menguak kedua kaki lebar-lebar dan jongkok diantara kedua
pahaku. Tangan kirinya menekan pinggulku dan ibu jari dan jari telunjukya
menguak bibir kemaluanku, sedangkan tangan kanannya memegang batang kemaluannya
yang ditempatkan pada bibir kemaluanku.
Kepala batang kemaluannya
digosok-gosokan sebentar pada bibir kemaluanku, juga pada klitorisku, sehingga
aku mulai terangsang lagi dan badanku mulai menggelinjang. Melihat itu Mas Kakakdewa
mulai menekan masuk batang kemaluannya ke dalam kemaluanku, setelah itu Mas Kakakdewa
menggenjot batang kemaluannya keluar masuk, buah dadaku dibiarkan bergerak
bebas mengikuti irama dorongan pantat Mas Kakakdewa, sementara tangan Mas Kakakdewa
memegang pinggulku dan menariknya ke atas, pantatnya tetap bekerja maju mundur.
Saat batang kemaluan masuk, badanku terasa
tertusuk geli tak karuan. Sesekali juga Mas Kakakdewa menciumi buah dadaku
sambil batang kemaluannya terus bergerak keluar masuk kemaluanku. Aku mulai
merespon lagi dan berusaha dengan menggerakkan pantatku memutar ke kiri dan
kanan. Batang kemaluan Mas Kakakdewa terjepit dan terpelintir mengikuti gerakan
pantatku, dia pun mulai mengerang dengan kuat. Dipegangnya kedua buah dadaku
kuat-kuat dan ditarik masukkan batang kemaluan besarnya berulang-ulang sampai
aku mulai kewalahan.
“Aaahhh… Maaarrr.. aku mau keluar niihhh!”
erangnya, kupercepat menggoyang pantatku karena aku tak mau menyia-nyiakan
keadaan ini, aku ingin juga memberikan pada Mas Kakakdewa kepuasan maksimal
dan, “Aaahhh.. aduuhh.. oohhh!”, diikuti oleh, “Ssreeet.. sreeettt… sreet..
crooottt.. crooottt..” Mas Kakakdewa menekan kuat-kuat pantatnya, sehingga
seluruh batang kemaluannya terbenam ke dalam kemaluanku dan buah pelernya
menempel ketat pada lubang anusku. Aku merasa sangat geli dan terangsang dan
kurasakan semprotan hangat air mani Mas Kakakdewa menyemprot ke dalam liang
kewanitaanku dan saking banyaknya terasa penuh liang kewanitaanku sehingga
sebagian terasa mengalir keluar membasahi anusku dan menetes di sofa.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar