CERITAHOT | Usiaku genap menginjak 18 tahun. Di hari ulang tahunku ini,
aku sedang menanti hadiah yang akan diberikan ayah kepadaku. Ia berjanji akan
memberikanku hadiah yang spesial, sehingga aku tidak akan merasa kesepian lagi.
Oya, aku adalah Sinta. Aku adalah anak tunggal dari ayah dan
ibuku. Terlahir di keluarga yang kaya justru membuatku sering merasa kesepian.
Karena ayah dan ibuku sering rapat dan bepergian ke luar kota, bahkan ke luar
negeri.
Sejak aku kecil, keluargaku sering berpindah-pindah tempat.
Sehingga teman-teman sekolahku tidak banyak. Bahkan aku tidak mempunyai teman
yang bisa dibilang akrab. Dari SD, SMP, SMA, keluargaku selalu berpindah.
Tapi, kata ayahku, rumah ini merupakan tempat tinggal tetap
kami, sehingga kami pun tidak perlu berpindah-pindah lagi.
“Untuk seterusnya kita akan tinggal di sini. Karena urusan
ayah cuma tinggal melakukan pengawasan saja. Tapi ayah masih harus sering pergi
ke luar kota untuk urusan pekerjaan,” kata ayahku.
Sedangkan ibuku adalah tipe ibu yang tidak betah di rumah.
Ia lebih sering berkumpul dan jalan-jalan dengan teman-teman sosialitanya.
Ayahku pun tidak melarang, mungkin karena ia juga sering melakukan hal yang
serupa.
Untuk mengurus kebutuhan rumah, ayah dan ibu mempekerjakan
satu orang pembantu yang bernama Bi Inah, dan Pak Joko yang merupakan tukang
kebun. Pak Joko hanya datang satu bulan sekali untuk menata taman yang sudah
terlihat tak rapi.
Jadi yang menginap di rumah yang besar ini hanya dua orang
saja, yaitu aku dan Bi Inah.
Hadiah Ulang Tahun
Akhirnya saat yang kutunggu tiba. Aku sudah tak sabar untuk menerima hadiah dari ayah. Dan ternyata hadiah yang diberikan ayah adalah seekor anjing yang sangat lucu.
“Ayah membawa teman untukmu. Namanya adalah Joni. Lucu
bukan?” Tanya ayahku.
“Iya ayah, lucu banget. Aku suka. Terima kasih ayah.”
Aku pun memeluk ayahku dan berterima kasih karena telah
memberikanku teman. Tapi Joni ini bukanlah anjing kecil. Ia berusia 1 atau 1,5
tahun. Jadi ia sudah cukup besar.
Joni mempunyai bulu berwarna coklat keemasan. Matanya besar,
dan lidahnya sering menjulur.
Tiba-tiba, ayahku pun berkata, “oiya, lusa, ayah dan ibu
akan pergi ke Eropa selama satu bulan. Jadi jaga rumah baik-baik ya. Nanti ayah
juga bakal kasih tahu Bi Inah.”
Ditinggal Ke Eropa
Akhirnya, hari-hari pun kulalui hanya bertiga saja. Aku, Bi
Inah, dan Joni. Setiap pulang kuliah aku selalu mengajak Joni jalan-jalan.
Kehadiran Joni benar-benar membuat hidupku semakin berwarna. Ia selalu dapat
menghiburku dan menjagaku.
Banyak teman kampus lelaki yang mendekatiku. Bukannya
sombong sih, tapi aku terlahir dengan wajah yang tidak jelek. Dengan badan yang
tinggi dan kulit yang putih, banyak yang bilang kalau aku pantasnya menjadi
model.
Selain itu, ukuran dadaku 34B. Meskipun tidak besar, tapi
banyak lelaki yang sering memperhatikan buah dadaku. Maklum, soalnya kalau ke
kampus aku selalu mengenakan baju yang ada belahan dadanya.
Sehingga, cowok-cowok kampus pun yang mendekatiku. Tapi
anehnya, aku sama sekali tidak tertarik dengan mereka. Entah kenapa. Padahal
penampilan mereka kebanyakan ganteng dan tampan loh.
Awal Mula
Di suatu malam, cuacanya sangat gerah dan panas. Meskipun AC
sudah kuhidupkan dan kusetel ke level paling dingin, cuaca saat itu benar-benar
membuat pusing dan ngantuk. Akhirnya kuputuskan untuk tidur telanjang. Padahal
biasanya aku selalu memakai piyama kalau mau tidur.
Joni selalu menemaniku tidur di kamar. Tapi ia tidak pernah
naik ke kasur. Karena aku tak pernah mengizinkannya. Jadinya, ia selalu tidur
di karpet lantai bawah tempat tidur.
Tapi malam itu aku merasakan hal yang aneh. Aku merasa kalau
tubuhku basah. Terutama di bagian dadaku dan juga kemaluanku. Saat itu aku
masih belum bangun dan belum membuka mata. Tapi aku mulai merasa bahwa rasa
basah tadi disebabkan oleh jilatan.
“Siapakah yang berani menggerayangi tubuhku? Apakah Pak
Joko? Tapi, bukankah ia tidak menginap di rumah? Lalu siapa?” batinku.
Sebelum sempat untuk berpikir lagi, aku pun membuka mata.
Ternyata, yang melakukan ini semua adalah Joni.
Saat aku terbangun, Joni pun menatap wajahku. Aku tak tahu
harus berbuat apa. Tapi ada pemandangan yang mengganggu mataku. Kemaluan Joni
menegang dan membesar. Ia ereksi!
Selama ini aku belum pernah melihat Joni ereksi. “Apakah ia
sedang birahi dan melampiaskan birahinya padaku?”
Karena aku pun sudah dilanda birahi. Entah kenapa aku
memberanikan diri untuk menyentuh penis Joni. Kukocok penisnya dengan pelan dan
lembut. Kupikir Joni merasakan nikmat yang kurasakan.
Aku pun ingin memberikan lebih kepada Joni. Aku tahu, bahwa
aku telah jatuh cinta kepadanya.
Aku pun mengarahkan penis Joni ke dalam mulutku. Lidah dan
bibirku memainkan penisnya. Rasa hangat, kenyal, dan licin menyatu dalam
mulutku. Kumaju mundurkan mulutku. Hingga akhirnya penisnya pun menyemburkan
sperma putih yang kental. Mulutku dipenuhi oleh spermanya.
Tapi, permainan kami belum berakhir. Penisnya masih tetap
keras dan tegak menjulang. Aku pun menyuruh Joni untuk menjilati vaginaku.
Lidahnya sangat terampil. Entah sudah berapa kali aku menggelinjang keenakan.
Pikiran gilaku pun muncul lagi. Aku ingin merasakan penis
Joni masuk ke dalam vaginaku. Pasti rasanya sangat nikmat! Dalam bayanganku aku
sudah membayangkan nikmat itu.
Aku pun tak sabar, dan mengarahkan penis Joni untuk masuk ke dalam vagina. Untungnya Joni pintar. Tanpa perlu dibujuk dan dirayu ia memaju
mundurkan penisnya ke dalam vaginaku.
“Ahhh… Kenikmatan apa ini? Sensasi apa ini? Rasanya sangat
nikmat!”
Hingga akhirnya pun, aghhh…. Sperma Joni muncrat di
vaginaku. Joni telah merenggut keperawananku. Tapi aku tidak menyesal, karena
baru kali ini aku merasakan kenikmatan bercinta.
Aku berterima kasih kepada ayah karena telah memberikanku
anjing, yang tidak hanya lucu, tapi juga jantan!
Kejadian ini pun akhirnya kami ulangi setiap malam, tiap
malam, dan tiap malam.
Terima kasih ayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar